Sunday, November 16, 2008

Multi Agen System

Model Simulasi Kerawanan Banjir pad Sub DAS Riam Kanan Dengan
Mengintegrasikan Multi Agen System dan SIG

Pemodelan ini dibuat dengan tujuan untuk melihat dampak yang terjadi akibat adanya aliran air permukaan yang berasal dari curah hujan terhadap kondisi Sub DAS Riam Kanan melalui simulasi dengan mempertimbangkan aspek biofisik, sosial dan iklim yang merupakan agen dalam suatu model yang dibuat. Model ini merupakan pendekatan di mana di asumsikan hanya satu agen yang berperan penting dalam peristiwa terjadinya banjir. Kejadian banjir sebenarnya bisa diprediksi melalui pemodelan dengan menggunakan seperangkat tools atau software komputer berbasis spasial melalui teknik Sistem Informasi Geografis (SIG). Namun model yang dibuat dengan tool berbasis SIG biasanya sifatnya statik sehingga pada perkembangan yang terjadi adalah munculnya tools berbasis multi agen bisa digunakan untuk mensimulasikan suatu kejadian yang sifatnya dinamik. Pengintergrasian SIG dengan model simulasi berbasis multi agen sudah lama dikembangkan seperti yang disebutkan oleh Crooks (2008) bahwa penggunaan Agent Base Modelling (ABM) untuk percobaan dan eksplorasi fenomena geografis dengan menghubungkan dengan GIS telah banyak dilakukan namun masih terbatas. Berbagai aplikasi untuk menghubungkan GIS dan ABM masih terbatas dan hanya terfokus pada representasi ruang sebagai suati seri dari diskrit sel, sementara ABM mempunyai kemampuan untuk menampilkan suatu fenomena urban secara detil.

Read More

Saturday, November 15, 2008

Hedonic Price Method

Metode Penilaian Sumberdaya Non Pasar
Menggunakan Hedonic Price Method (HPM)

Secara umum, nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Secara formal, konsep ini disebut keinginan membayar (willingness to pay) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan. Dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekologis ekosistem misalnya bisa “diterjemahkan” kedalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter barang dan jasa. Keinginan membayar juga dapat diukur dalam bentuk kenaikan pendapatan yang menyebabkan seseorang berada dalam posisi indifferent terhadap perubahan exogenous. Perubahan exogenous ini bias terjadi karena perubahan harga (misalnya akibat sumber daya makin langka) atau karena perubahan kualitas sumber daya. Dengan demikian konsepWTP ini terkait erat dengan konsep Compensating Variation (CV) dan Equivalent Variation (EV) dalam teori permintaan. Jadi, WTP dapat juga diartikan sebagai jumlah maksimal seseorang mau membayar untuk menghindari terjadinya penurunan terhadap sesuatu (Harahapdan Hartono 2007). Secara umum teknik valuasi ekonomi sumberdaya lingkungan yang tidak ada harga pasarnya (non market valuation) berdasarkan pendekatan kurva permintaan dapat digolongkan ke dalam 2 (dua) kelompok. Kelompok pertama adalah teknik valuasi yang mengandalkan harga implisit dimana willingness to pay (WTP) terungkap melalui model yang dikembangkan. Teknik ini disebut teknik yang mengandalkan revealed WTP (keinginan untuk membayar yang terungkap). Beberapa teknik yang masuk kelompok ini adalah travel cost method, hedonic pricing, dan teknik yang relative baru disebut random utility model. Kelompok kedua adalah teknik valuasi yang didasarkan pada survei dimana keinginan membayar atau WTP diperoleh langsung dari reseponden, yang langsung diungkapkan secara lisan maupun tertulis. Salah satu teknik yang cukup populer adalah Contingent Valuation Method (CVM) dan Discrete Choice Model. ( Turner ,1993; Fauzi ;2004; Harahap dan Hartono 2007).


Desentralisasi Kehutanan

DESENTRALISASI KEHUTANAN ,
PERLUNYA KITA BELAJAR DARI NEGARA LAIN

Desentralisasi adalah sebuah alat untuk mendukung pembangunan dan ditujukan untuk meningkatkan efisiensi, kesetaraan (equity) dan demokrasi. Efisiensi meningkat karena dengan aspirasi lokal yang lebih besar seharusnya menghasilkan kebijakan-kebijakan yang lebih baik dalam hal sasaran yang dicapai dengan biaya yang lebih rendah. Hal ini diharapkan bisa tercapai dengan ‘mendekatkan pemerintah dengan masyarakat’ dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembagunan kehutanan. (Colfer dan Capistrasno, 2006). Pengalaman merupakan guru yang baik untuk menjadi bahan renungan dan bahan pelajaran bagi kita untuk lebih lebih bijaksana dalam melakukan suatu hal. Uraian berikut merupakan cerita pengalaman dari negara tetangga Bhutan , Tanzania dan Inggris di negara bagian Skonlandia dalam melaksanakan desentralisasi pembangunan kehutanan.

...Read more...


Template by : x-template.blogspot.com